Selasa, 10 Januari 2012

Apple Patenkan Adaptor Penyimpan Password


 Apple telah mengajukan paten terhadap teknologi power adapter yang bisa membantu pengguna mengambil password yang terlupakan. Cara kerjanya, adaptor itu menyimpan informasi login dalam chip di pemasok daya dan dalam sebuah kunci di komputer atau server.

Pada dokumentasi yang dikirimkan pada United States Patent and Trademark Office, dipaparkan sebuah skenario di mana sebuah password login dienkripsi menggunakan sebuah nomor ID unik sebagai kunci. Password yang dienkripsi itu kemudian disimpan di komputer.

Jika pengguna lupa password-nya, mereka tinggal memasang adaptor ke komputer sehingga komputer bisa membaca informasi yang terenkripsi, mendekripsinya dengan nomor ID dan memberikan informasi itu ke sistem login komputer. Password terlupakan pun langsung bisa digunakan kembali.

“Pendekatan ini digunakan sebagai alternatif terhadap teknik recovery password tradisional yang mendorong pengguna untuk memilih password yang mudah ditebak karena jika lupa, mengingatnya kembali jadi persoalan pelik bagi mereka,” sebut Apple dalam dokumentasinya, dikutip dari The Register, 10 Januari 2012.

Dengan sistem yang dibuat Apple, password boleh dibuat sekompleks dan serumit mungkin. Karena jika password tersebut terlupa, untuk mengembalikannya cukup dengan mencolokkan adaptor ke komputer.

Namun tetap ada kelemahan dalam sistem ini. Jika pencuri menggasak laptop lengkap dengan charger dan power adapter-nya, ia dapat dengan mudah login ke komputer yang ia curi tersebut. Untuk itu, Apple menyertakan solusi yang menggabungkan penyimpanan password di adaptor dan di server agar pencuri semakin sulit untuk melihat isi komputer itu.

Tenang, Zaman Es Berikut di Bumi Masih Jauh

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience, tingginya emisi karbon dioksida di atmosfir menandakan bahwa zaman es berikutnya di Bumi tidak akan dimulai setidaknya dalam waktu 1.500 tahun ke depan.
Konsentrasi gas yang menjadi kambing hitam atas pemanasan global yang mencatat rekor tertinggi pada tahun 2010 lalu itu akan terus hadir di kawasan atmosfir selama beberapa dekade ke depan. Bahkan menurut PBB, gas itu akan tetap ada di sana meski kita berhenti membakar saat ini.
Seperti diketahui, zaman es merupakan periode di mana terjadi penurunan temperatur atmosfir dan permukaan bumi untuk jangka panjang. Ia menyebabkan meningkatnya lapisan es di kutub dan gletser. Bumi sendiri setidaknya telah mengalami 5 kali zman es. Di antara 5 zaman es tersebut, ada siklus di mana lapisan es menebal dan menipis.

Saat ini, Bumi tengah berada di masa interglacial, atau jeda antar zaman es atau ada di periode hangat yang berlangsung selama 10 ribu sampai 15 ribu tahun. “Dari analisa, hasilnya mengindikasikan bahwa akhir periode interglacial akan terjadi dalam 1.500 tahun ke depan dengan syarat konsentrasi CO2 di atmosfir tidak lebih dari 240 ppmv,” sebut laporan itu.

Dikutip dari Reuters, 10 Januari 2012, konsentrasi karbon dioksida di atmosfir saat ini mencapai 390 parts per million by volume (ppmv). “Pada tingkat ini, penambahan volume lapisan es tidak dimungkinkan,” sebut peneliti.

Dalam studinya, peneliti dari Cambridge University, University College London, University of Florida, dan University of Bergen, Norwegia menganalisa sampel bebatuan dan variasi yang terjadi di orbit Bumi.

Penyebab munculnya zaman es sendiri belum bisa dipahami secara penuh. Namun konsentrasi metana dan karbon dioksida di atmosfir, perubahan orbit Bumi di sekitar Matahari, serta pergerakan pelat tektonik diperkirakan memberi kontribusi terhadap munculnya zaman dingin membeku tersebut.